International Union of Muslim Scholars (IUMS) mengecam pemboman yang sedang berlangsung di distrik Ghautah Timur

Indoplagos

International Union of Muslim Scholars (IUMS) yang bermarkas di Doha terhadap Kamis (22/2/2018) mengecam pemboman yang sedang berlangsung di distrik Ghautah Timur, Suriah, sebuah area pinggiran Damaskus yang terkepung, dan menyebutnya sebagai “pembantaian”.

Hampir 300 warga sipil dilaporkan terbunuh di sana dalam tiga hari terakhir, lansir Al jazeera

“Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam dan juga masyarakat internasional untuk mengambil alih tindakan langsung untuk menghentikan pembunuhan massal dan menyelamatkan warga sipil yang tidak berdosa di Ghautah timur,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh IUMS.

IUMS meyakinkan bahwa pihaknya mengutuk pembantaian yang ditunaikan Rezim Assad yang di dukung oleh Rusia bersama dengan senjata yang tidak bisa ditangkis oleh orang-orang [Suriah].”

Sejak Selasa, pasukan rezim sudah tingkatkan serangannya ke Ghautah Timur bersama dengan memakai bom laras, tembakan artileri dan jenis senjata lainnya, menurut koresponden Anadolu Agency yang berada di lokasi tersebut.

Selama tiga hari terakhir, rezim Assad dilaporkan sudah lakukan 260 serangan terpisah di Ghautah Timur, menewaskan nyaris 300 masyarakat sipil di distrik tersebut.

Pada pembicaraan damai yang diselenggarakan di Astana, ibukota Kazakhstan terhadap bulan Mei th. lalu, Turki, Rusia dan Iran menunjuk Ghautah Timur sebagai “zona de-eskalasi” di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.

Namun demikian, Rusia – tidak benar satu berasal dari tiga negara penjamin kesepakatan itu – sudah gagal menahan rezim Assad berulang kali melanggar kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Tempat tinggal bagi sekitar 400.000 masyarakat sipil, Ghouta Timur masih berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan sepanjang lima th. terakhir, yang sudah membawa area selanjutnya di ambang bencana kemanusiaan.